Sore itu, Dusun Sukodono ramai dengan hiruk pikuk warga setempat. Suasana kebersamaan yang hangat lekat sekali terasa. Mereka semua sedang sibuk menyiapkan hajatan besar, yakni perayaan tradisi keboan. Tak ada satu pun warga berdiam diri. Dusun kecil itu penuh dengan Ibu-ibu yang memasak aneka sesajen di dapur umum. Anak-anak dan remaja menyiapkan b ko erbagai hiasan untuk mempercantik dusun mereka. Bapak-bapak sibuk memasang umbul-umbul dan membuat kubangan. Beberapa yang lain sibuk memasak di halaman rumah masing-masing.
Meski demikian, ketika saya datang, mereka menyambut dengan sukacita. Warga berbahagia mengetahui saya datang dari Ibu Kota untuk menyaksikan aktivitas mereka. Seorang Ibu, yang juga pawang dalam ritual ini, mengajak saya ikut memasak sesajen. Dari obrolan kami sembari memasak, saya mengetahui ritual ini adalah sebuah upacara pesta panen. Dari asal katanya, keboan diambil dari kata kebo yang dalam bahasa Jawa berarti kerbau. Akan tetapi, ritual ini sama sekali tidak menggunakan hewan kerbau dalam pelaksanaannya. Kerbau yang dimaksud adalah kerbau tiruan yang diperagakan oleh sekelompok orang (laki-laki). Ritual ini diselenggarakan setiap bulan Sura.
Selengkapnya baca tulisan kami di: https://mediaindonesia.com/weekend/377585/tradisi-keboan-aliyan-banyuwangi