Masyarakat agraris umumnya mempunyai kedekatan kultural dengan hewan seperti sapi atau kerbau untuk membantu mereka membajak sawah. Kedekatan ini, misalnya, bisa ditelusuri dari relief Karmawibhangga Borobudur, yang menurut Haryono (2013:82), menampilkan aktivitas membajak sawah (amaluku) dengan menggunakan kerbau. Kedekatan ini juga sering kali diekspresikan dalam ritual, seperti ritual keboan pada masyarakat Osing di Banyuwangi, Jawa Timur.
Akan tetapi, di Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, ada keunikan lain. Masyarakat agraris di desa ini justru sangat lekat dengan kucing. Bagi masyarakat Dukuh Jambu, Desa Pelem, kucing merupakan sebuah media untuk menjembatani masa lalu dengan masa kini, antara nenek moyang dan modernitas, juga antara sawah dan hujan.Setiap musim kemarau panjang, masyarakat desa ini akan melaksanakan ritual Manten Kucing. Tujuannya memohon hujan dengan cara memandikan sepasang kucing di sebuah punden (tempat keramat) berupa sumber air yang berada di bawah pohon jambu tua.
Selengkapnya baca tulisan kami di: https://mediaindonesia.com/weekend/535321/manten-kucing-ritual-memohon-hujan